Jam

Rabu, 18 September 2013

7 Toleransi Beragama Yang Mengharukan Versi On The Spot

Senin, 18 Maret 2013

GENERUS LDII Renon -Tukad Badung DI ERA DIGITAL

Generus LDII Tukad Badung - Renon.Bali


  • KASUS-KASUS penyalahgunaan jejaring sosial seperti facebook dan internet mulai marak dari kalangan anak-anak, remaja, sampai orang dewasa. Tak kurang Depkinfo pun bereaksi dengan rencana membuat aturan yang membatasi kebebasan para pengguna media digital tersebut. Protes dari publik pun tak terhindarkan.
    ----------------------------------------------------------------------------------------------------
  • Tak ada teknologi apalagi aturan yang mampu membendung derasnya arus informasi di era digital ini. Setiap temuan baru selalu mengandung sisi terang (manfaat dan kemudahan) sekaligus sisi gelap (kejahatan). Mulai dari yang paling primitif ketika manusia menemukan api, banyak hal bisa dimanfaatkan dari energi yang dikandung oleh api, tetapi peperangan juga menggunakan api untuk memusnahkan. Meski uap juga mendorong kolonisasi sehingga melalui armada kapal yang kuat negarat Barat menjajah bangsa-bangsa Timur, dan sebagainya. Industrialisasi yang mendorong peradaban modern dengan roh kapitalismenya juga telah mengoyak dunia menjadi dua belahan: negara kaya/ maju dan negara miskin/ terbelakang. Demikian juga dengan teknologi digital yang makin canggih, tentu di situ pun terkandung hal-hal negatif yang bisa disalahgunakan (cyber crime).

    Bagaimana anak-anak bisa survive di era digital ini? Karena tidak mungkin menghapus sisi gelap yang dibawa oleh teknologi informasi sekarang ini.

    Anak-anak lahir ketika dunia sudah dikuasai oleh teknologi digital sehingga mereka biasa disebut ''penduduk asli'' dalam masyarakat digital sekarang ini (digital native), sedangkan kita (orang dewasa) justru sebagai ''penduduk pendatang'' (digital immigrant) karena kita lahir sebelum dunia dibentuk oleh teknologi digital. Sekarang ini justru orang dewasa masih tergagap-gagap untuk beradaptasi dengan dunia baru ini. Anak-anak sekarang sambil naik motor pun bisa ber-SMS-an, sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya oleh generasi orangtuanya yang menulis dengan mesin ketik pun belum tentu setiap orang mampu.

    Menurut teori belajar sosial (Bandura, Vygotsky), sikap dan perilaku anak dibentuk melalui proses mengamati (observasi) dan meniru (imitasi). Dengan demikian, sikap dan perilaku anak-anak yang hidup dan tumbuh dalam dunia digital tentu sangat berbeda dengan orangtuanya yang tumbuh dalam lingkungan sosial yang masih tradisional. Di sini lah muncul kesenjangan besar dalam hal cara berpikir dan cara memandang dunia ini antara anak-anak yang lahir di era digital dengan orangtuanya, dan tak terhindarkan terjadinya konflik dan ketegangan di antaranya. Pertanyaannya, apakah pendidikan sudah dirancang untuk menjawab persoalan tersebut? Lebih tajam lagi, karena pendidikan itu hasil rekayasa orang dewasa, apakah kondisi riil anak-anak sebagai ''penduduk asli'' dunia digital ini ikut diperhitungkan? Ataukah hanya dari sudut pandang dan kepentingan orang dewasa saja?

    Pendidikan Karakter

    Pendidikan dalam bahasa Inggris education, berasal dari bahasa Latin educare yang merupakan gabungan kata ''e'' yang berarti: ''keluar'' dan ''ducere'' berarti ''pemimpin'' atau ''menarik''. Oleh sebab itu pendidikan bisa diartikan sebagai upaya untuk menarik atau membimbing anak agar seluruh potensi diri bisa keluar atau terealisasi. Tentu saja proses pendidikan terjadi dalam interaksi dengan lingkungan sekitar sebagai konteksnya. Setiap zaman punya tantangan sendiri, dan manusia diberi kemampuan untuk beradaptadi bahkan ikut menentukan arah perubahan itu sendiri. Mengoptimalkan potensi diri berarti juga membangun karakter, bukan sekadar memberi pengetahuan atau ketrampilan, apalagi hanya sekadar gelar dan ijasah. Hanya pribadi-pribadi yang memiliki karakter kuat yang akan mampu menjadi pemenang dan memimpin dunia ini. Karakter yang dibutuhkan meliputi terbangunnya nilai-nilai seperti etos kerja (gigih, ulet, tidak mudah menyerah), disiplin, jujur, tanggung jawab, dan memiliki cita-cita dan idealisme. Apakah nilai-nilai ini secara sadar dan sengaja sudah disemaikan melalui pendidikan?

    Di segala zaman, yang dibutuhkan adalah karakter karena apakah ilmu pengetahuan dan teknologi itu akan berguna bagi kehidupan atau justru merusak sangat tergantung pada karakter manusianya. Di dalam karakter juga terkandung etika atau moralitas di mana orang bisa memiliki mana yang baik dan buruk secara bebas dan sadar, bukan karena aturan atau takut sanksi hukuman. Siswa yang berkarakter tidak akan menyontek sewaktu ujian entah ada penjaga atau tidak karena ia tak mau merendahkan martabatnya sendiri oleh tindak ketidakjujuran. Siswa yang berkarakter menjadikan kedisiplinan sebagai kebiasaan bukan keterpaksaan. Siswa yang berkarakter juga memiliki cita-cita yang jelas dan pantas untuk diperjuangkan mati-matian, bukan sekadar ikut-ikutan atau sekadar menyenangkan kemauan orangtua. Andaikata pendidikan kita lebih berorientasi pada pembentukan karakter, tak perlu kita takut menghadapi zaman digital ini. Anak-anak dengan kemampuannya sendiri akan mampu mengatasi segala masalah yang dihadapinya.

Family Gathering LDII PC Denpasar dan PPG

Bali –  Dalam rangka penutupan asrama caberawit pengurus PC LDII Kec. Denpasar Selatan dan PPG Renon mengadakan Family Gathering di Lokasi Kebun Raya Bedugul. Dalam acara tersebut disambut sangat meriah dan gembira oleh caberawit serta orang tua yang mengikuti acara tersebut, tak lupa pula pembagian hadiah bagi caberawit yang berprestasi, dalam acara  asrama yang di adakan oleh PPG renon kurang lebih satu minggu, cabe rawit di gembleng supaya tercipta caberawit yang soleh-soleha dan berakhlakul karimah.
Selain itu dalam acara family gathering tersebut para orang tua dan caberawit dipisah utuk melakukan sejumlah susuan kegiatan, salah satunya perlombaan-perlombaan yang sangat seru dan menyenangkan. Harapan dan respon dari para orangtua, kegiatan ini sangat positif sekali. Semoga kedepanya para caberawit dan remaja bisa menjadi tauladan pada masyarakat umum.
moch.alisriya354@yahoo.com

Minggu, 17 Maret 2013

Meningkatkan peran LDII dalam membimbing umat

Qurban bersama LDII

 

Sebagai ormas Islam, LDII mempunyai tujuan meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang Islami, serta berperan aktif dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
DALAM peran sertanya mewujudkan tujuan nasional, LDII Kota Sawahlunto senantiasa konsisten melakukan amal nyata melalui upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia dengan menitikberatkan usaha-usaha yang diarahkan kepada kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terpeliharanya kerukunan diantara sesama umat beragama dan pemerintah, sebagaimana digariskan dalam Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi LDII.
Sebagai organisasi kemasyarakatan, LDII Kota Sawahlunto akan terus berusaha melakukan dakwah agar umat Islam secara keseluruhan memiliki kehidupan yang sejahtera berbasis kejujuran, amanah, hemat, dan kerja keras, rukun, kompak, dan dapat bekerjasama dengan baik.
LDII juga senantiasa berusaha dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa dan negara melalui dakwah yang dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai posisinya sebagai komponen bangsa.
Pengajian di LDII sangat padat. Kami ada pengajian umum, pengajian remaja, dan pengajian anak atau PAUD,” ujar Ketua DPD LDII Kota Sawahlunto, HM Sunarto, kepada NUANSA.
Disamping itu, LDII juga memiliki program meliputi peningkatan kinerja organisasi, peningkatan kualitas SDM, pemberdayaan potensi LDII, dan peningkatan peran serta sosial kemasyarakatan.
Dalam jangka pendek, LDII Kota Sawahlunto memiliki program untuk menertibkan administrasi organisasi sejak dari tingkat PAC hingga DPD, dan melakukan konsolidasi organisasi secara intern. Disamping itu juga terus melakukan penataan sistem manajemen organisasi, dan melanjutkan kegiatan rutin yang selama ini telah berjalan baik. Secara rutin LDII Sawahlunto terus melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan audiensi dengan aparat terkait.
Untuk jangka menengah, lembaga ini akan terus mengadakan pembinaan di bidang organisasi, yang nantinya dapat mendukung kesejahteraan warga, serta melaksanakan program dakwah secara berkesinambungan. Sedangkan dalam jangka panjang LDII memprogramkan untuk meneruskan pembangunan sarana pendidikan yang menitikberatkan pada bobot keislaman yang saat ini masih terus berlangsung. Disamping itu juga terus menjalin komunikasi dengan semua elemen masyarakat.
Mengenai kebijakan umum program organisasi ini ke depan, LDII akan senantiasa melakukan peningkatan kinerja organisasi, meningkatkan kualitas SDM, memperdayakan potensi LDII, dan meningkatkan kerukunan inter dan antar ummat beragama. Khusus mengenai kualitas sumber daya manusia, LDII berpandangan bahwa keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari kualitas SDM yang memiliki ketrampilan profesionalisme yang berbasis pada penguasaan IPTEK. Secara umum LDII juga akan tetap memprioritaskan kegiatan pembelajaran Al-quran dan Al Hadits, serta memperbanyak aktivitas sosial yang menyentuh kehidupan kerukunan antar umat beragama, dengan tetap mengacu pada AD/ART organisasi.
Sementara itu, Ketua MUI Kota Sawahlunto, H. Zainal Arifin Datuk Rangkayo Tangah, mengharapkan LDII sebagai ormas Islam dapat terus meningkatkan perannya dalam membimbing umat. Dapat terus menjaga solidaritas dan kerjasama yang baik agar kondisi kerukunan umar beragama di Sawahlunto tetap kondusif.
Di sini sejak dulu tidak pernah terjadi gesekan, baik sesama Islam maupun antar umat beragama,” ujar H. Zainal yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua FKUB Sawahlunto ini.
Kuncinya adalah komunikasi. Di FKUB kami mengadakan pertemuan minimal 3 bulan sekali untuk membahas permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul di masyarakat. Intinya kami akan selalu bekerjasama dengan semua golongan, dengan berpegang pada tuntunan Al Quran dan Al Hadits.
Sebagai Ketua FKUB, H. Zainal Arifin Dt. Rangkayo Tangah, mengatakan bahwa kegiatan di FKUB dilaksanakan untuk memberikan pembinaan serta melakukan dialog dengan para pemuka agama dan masyarakat. Selain itu juga untuk menampung aspirasi dari para peserta dan mencoba untuk menyalurkan aspirasi tersebut kepada pihak-pihak terkait.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Walikota Sawahlunto, H. Erizal Ridwan, ST, menyatakan bahwa kebersamaan merupakan pondasi yang sangat penting dalam memngembangkan dan memajukan Kota Sawahlunto.
H. Erizal menghimbau agar para pemuka agama di Sawahlunto dapat memanfaatkan forum yang ada, seperti FKUB, dengan sebaik-baiknya. “Hendaknya dalam forum tersebut para peserta dapat menyampaikan semua permasalahan yang dirasakan dalam mencipkatan kerukunan hidup antar umat beragama. Sehingga didalam forum ini nantinya, kita dapat mencarikan jalan keluarnya. Selain itu, diharapkan dengan adanya pembinaan keagamaan, kerukukan hidup antar umat beragama di Kota Sawahlunto dapat lebih ditingkatkan lagi.”
Kita semua mengetahui, bahwa Kota Sawahlunto ini lahir dikarenakan adanya rasa kebersamaan. Walaupun masyarakat Kota Sawahlunto terdiri dari berbagai suku bangsa, namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi kita untuk terus bersatu dan bersama-sama membangun kota yang kita cintai ini. Malahan, perbedaan yang ada dimasyarakat kita ini, telah kita jadikan suatu potensi Kota dalam mencapai visi dan misi kedepannya, yakni menjadi kota wisata yang berbudaya,” jelas Erizal. //**
www beritanuansa wordpress com

Sabtu, 16 Maret 2013

ASIKNYA RAME-RAME....!!!











BELAJAR, BERMAIN GEMBIRA BERSAMA..........

CABERAWIT KELOMPOK RENON
TAHAN GERTAK